Sunday, November 29, 2015

Rod Map Pengembangan PT.DI

Airbus A380 (AP Photo/Francois Mori, File)
Airbus A380 (AP Photo/Francois Mori, File)
Kemampuan PTDI dalam urusan membuat komponen pesawat, tidak diragukan lagi. Berbagai komponen pesawat dari F-16 hingga Airbus A380 pernah diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia. Dalam grafik di bawah ini, sejumlah komponen pesawat super canggih Airbus 380, 340 dan A320 dibuat oleh PT DI.
Komponen airbus buatan PT DI
Kedekatan PT DI dengan Airbus yang membuat PTDI berharap pesawat kepresidenan yang akan dibeli TNI AU berasal dari Airbus Helicopter : EC 725 Super Puma. Sebelumnya PT.DI berhasil mulus meyakinkan matra lainnya untuk membeli helikopter dari mitra PTDI. TNI AD dengan Helicopter Fennec AS 550 buatan Airbus Helicopter. Sementara TNI AL memesan AS 565 Panther juga buatan Airbus Helicopter.
Airbus memberikan porsi perakitan yang cukup besar bagi PT.DI dan hal itu baik bagi bisnis BUMN tersebut. Urusan perawatan juga semakin murah dan mudah karena semua menggunakan Airbus Helicopter partner PT.DI.
Situasi  menjadi geger ketika TNI AU memilih membeli helicopter Agusta Westland 101 buatan Inggris-Italia. KSAU Marsekal Agus Supriatna beralasan, pembelian Agusta Westland, karena PT.DI tidak tepat waktu dalam memenuhi pesanan-pesanan helikopter TNI AU.
Sebelumnya, kerjasama PT DI dengan TNI AU telah lama terjadi dengan pengoperasian rotorcraft AS332 Super Puma dan SA330 Puma, lisensi Airbus Helicopters yang produksi PTDI lebih dari 30 tahun yang lalu. Kemitraan antara PTDI dan Airbus Helicopters terus bertumbuh, sehingga PTDI menjadi pemasok utama tail boom dan rangka badan pesawat untuk EC225 dan EC725 sejak tahun 2008.
EC725 mulai beroperasi pada tahun 2005 dan telah menjadi pilihan pasukan militer Prancis, Brasil, Meksiko, Malaysia, Indonesia dan Thailand.
Ada isu yang harus dijelaskan Indonesia, mengapa TNI AU membeli Agusta Westland 101 untuk VVIP, jika semangatnya adalah mendorong kesuksesan Industri Dirgantara Indonesia lewat PTDI.
Pola kerja sama PTDI Airbus juga terlihat dalam pembelian dan perakitan C-295 dan CN-235.
aero-32
Komponen yang digarap PT DI dari CN-235 (EADS Casa kini diakusisi Airbus)
Dengan pembelian helikopter Agusta Westland untuk VVIP, ada kesan Indonesia tidak konsisten dengan road map industri helikopter dan pesawat dalam negeri. Atau bisa jadi, gagasan yang dibangun pemerintah terdahulu, tidak diformalkan sebagai peraturan yang harus dipatuhi. Lebih mundur lagi ke belakang, di jaman Presiden Soeharto ada PELITA (pembangunan lima tahun) yang disusun secara jelas untuk jangka 25 tahun.  Hal itu untuk mencegah ganti pemerintahan maka ganti kebijakan. Jangan sampai TNI nantinya harus mengubah rencananya 5 tahun sekali, karena pemerintahan pun berubah.
aw101
Untuk pembelian Agusta Westland ini memang nyempal dari kebiasaan. Mengapa demikian ?. TNI AU memilih membeli SU-35 dan bukan Eurofighter, dengan salah satu alasan adalah, kebiasaan. Pilot-pilot maupun Teknisi TNI AU telah terbiasa menerbangkan dan merawat jet tempur Sukhoi. Lalu alasan membeli Helikopter Agusta Westland apa ?.
EC 725
EC 725
Dari pernyataan-pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla, terlihat dia ingin helikopter VVIP yang dibeli dari PTDI, berarti EC725.  Sementara Presiden Joko Widodo dalam pernyataan terbarunya, mengatakan akan jarang memakai helikopter VVIP. Paling sebulan atau dua bulan sekali jika kunjungan ke daerah. Itu artinya 9 Helikopter Agusta Westland yang dibeli, akan lebih banyak digunakan TNI AU.
Apakah spek dan keinginan dari TNI AU untuk helikopter VVIP tidak bisa dipenuhi oleh PTDI ?. Jika ingin membangun PTDI, seharusnya persoalan ini bisa dibicarakan dan dicarikan solusinya. Atau apakah kapasitas PT.DI masih lamban ?. Bisa membuat tapi keteteran untuk produksi dalam jumlah banyak ?. Apakah perawatan Agusta Westland lebih murah dibandingkan EC-725, di tengah keterbatasan dana yang dimiliki TNI AU ?.  Saya belum punya informasinya. Urusan pesawat, memang bukan hanya pembelian saja, tapi harus diperhitungkan juga biaya perawatannya.
Ke depannya, TNI AU berencana membeli C-295 yang akan diubah menjadi versi VVIP, untuk Presiden. Semoga rencana ini tidak berubah.

No comments:

Post a Comment